KRISIS PANGAN GLOBAL TERHADAP KOMODITAS PERTANIAN

Kalsel, Kalimantanpost.online - 
Permasalahan pangan terhadap krusial global yang harus diwaspadai. 

Saat ini sudah ada terdapat 22 negara yang menghentikan ekspor berbagai jenis pangan untuk mengamankan kebutuhan domestik di tengah ketegangan geopolitik dunia. 

Berdasarkan pengamatan PBB, kenaikan harga pangan pada tahun 2022 meningkat sekitar 33 persen, serta harga pupuk yang juga meningkat lebih dari 50 persen.   

Menurut catatan Food and Agriculture Organization (FAO), harga komoditas biji-bijian dunia, termasuk barley, gandum, dan jagung mengalami kenaikan mencapai 17,1 persen .

Adapun kondisi kenaikan harga-harga komoditas dunia saat ini sangat memengaruhi kondisi pasokan pangan Indonesia. 

Komoditas beras dan jagung merupakan komoditas pangan strategis nasional, dimana beras dan jagung masuk dalam RPJM 2020-2024 sebagai program ketahanan pangan nasional. 

Jagung merupakan salah satu tanaman serealia penting di Indonesia, karena selain sebagai bahan pangan, jagung juga merupakan pakan ternak. 

Dalam lima tahun terakhir, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor komoditas beras dan jagung masih dilakukan. 

Rata-rata impor beras sebesar 840 ribu ton per tahun, sedangkan jagung rata-rata impor sebesar 1,180 juta ton per tahun. 

Masih cukup tingginya impor perlu diwaspadai, terlebih ancaman krisis pangan global mulai dirasakan di sejumlah negara di dunia.

Di negara Timur Tengah dan Afrika, tingginya harga pangan menjadi salah satu sebab munculnya gerakan reformasi. 

Sementara itu, di Mozambique salah satu dampak sosial yang cukup memprihatinkan dari meroketnya harga pangan dunia adalah kerusuhan-kerusuhan horizontal yang terjadi di negara itu. 

Oleh karenanya, Masyarakat menuntut pemenuhan kebutuhan pangan yang semakin mahal dan permintaan akan peningkatan pendapatan demi bertahan dalam situasi ekonomi yang sulit.

Di Indonesia sebagaimana di jelaskan badan Pusat Statistik menunjukkan tingginya harga bahan pangan. 

Harga beras naik menjadi 12,36% menjadi Rp 7.500 per kilogram. Minyak goreng curah naik 17,89% menjadi Rp 9.441 per kilogram, dan tepung terigu naik 0,36% menjadi Rp 7.606 per kilogram. 

Sementara itu, untuk pertama kalinya harga cabai rawit merah mencapai Rp 100 ribu per kilogram.

Disini negara-negara diharapkan peka terhadap kebijakan ketahanan pangan. 

Istilah ketahanan pangan sendiri merupakan sebuah konsep yang baru muncul pertama kali pada tahun 1974 dari hasil First World Food Conference 1974.  

Menurut FAO ( Food and Agricultural organization) 1992, ketahanan pangan adalah situasi dimana semua orang dalam segala waktu memiliki kecukupan jumlah atas pangan yang aman dan bergizi demi kehidupan yang sehat dan aktif. 

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan ketahanan pangan diharapkan dapat memenuhi berbagai faktor, seperti ketersediaan,aksesibilitas, kestabilan dan keamanan. 

Oleh karena itu, dalam merumuskan kebijakan ketahanan pangan, sebuah negara sangat penting melihat mekanisme apa yang dipakai.   

Penulis. : Rini Maryani Mahasiswi Prodi Agribisnis, STIPER Amuntai
Editor. : Lisa

Belum ada Komentar untuk "KRISIS PANGAN GLOBAL TERHADAP KOMODITAS PERTANIAN"

Posting Komentar