SINGKAWANG HEBAT DILANDA BANJIR.

Singkawang.KalimantanPost.Online.- Intensitas curah yang cukup tinggi mengguyur Kota Singkawang pada hari sabtu 27/08/2022 mulai dari siang hingga sore hari, hanya dalam waktu tidak kurang dari 3 jam , sebagian besar Kota Singkawang sudah dalam genangan banjir sedalam 20 sampai 70 cm.
Lalu lintas terputus dan trafik Singkawang – Pontianak (termasuk Sambas – Pontianak) harus berjibaku dalam banjir di kawasan Jalan Tani, Jalan Ali Anyang, Sakkok, Lirang dan Bokmakong (baca Pasir Panjang) , antrian panjang baru terurai setelah 5 jam kemudian.
Sebelumnya BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) sudah mengeluarkan peringatan dini terkait buruknya cuaca di wilayah Singkawang dan sekitarnya , curah hujan yang tinggi menyebabkan kota terbesar kedua di Kalimantan Barat ini mengalami kelumpuhan .
Dengan kondisi banjir Singkawang saat ini muncul pertanyaan , mengapa tiba-tiba Singkawang mengalami banjir besar hanya dalam beberapa jam? , mengapa wilayah-wilayah baru yang awalnya steril banjir juga menjadi banjir ?.

Berbagai cerita banjir singkawang mewarnai dimedia sosial seperti Facebook dan Instagram menghiasi perdebatan tersebut dan menjadi trending topic bagi warga lokal. di sinilah muncul argumen prokontra terkait situasi yang terjadi.
Status facebook, IG dan Twiter bermunculan video dan foto-foto banjir mewarnai media sosial, salah satunya akun Facebook milik Hendri Soken Zein dalam statusnya menyebutkan” PARIK DI KACCIKE’ GERBANG DIBESARKAN...HEBAT” arti dalam bahasa Indonesia “ Drainase diperkecil, Gerbang diperbesar” yang menyebabkan banjir di Kota Singkawang. Dan akun Facebook Edhylius Sean yang merespons banjir Singkawang , dengan judul status == INI ADALAH PETA GENANGAN 2019 == , dalam status tersebut menuai banyak respons terkait banjir Singkawang saat ini , salah satu nitizen dengan akun Facebook RA Hery Ngui , “ Emang puncak masalahnya adalah tata ruang kota yang semerawut , penertiban IMB yang asal-asalan , tanpa peninjauan matang apakah air akan terkepung bangunan , trus drainase ditempat strategis tak dibuka ,dan drainase yang telah ada tidak dipelihara dan dinormalisasi” , dalam komentarnya distatus tersebut.
menyimak dari salah satu sumber media online  (kabelins.com) berdasarkan informasi yang pernah dipetakan 2019 oleh saudara Edhylius sebagai aktivis Pemerhati Lingkungan Hidup dan Sosial Kota Singkawang , titik-titik genangan pada tahun 2019 hanya terjadi di kawasan Pasar Baru, Jalan Hermansyah, Jalan P. Antasari dan sekitarnya. Namun di tahun 2022, titik banjir telah meluas sampai ke kawasan yang selama ini aman-aman saja , kawasan yang banjir parah meliputi kawasan sekitar Gunung Sari, Jalan Tani dan Jalan Ali Anyang di Singkawang Barat. Sedangkan di Singkawang Selatan, banjir besar terjadi di wilayah Sakkok. Lirang dan Bokmakong (Pasir Panjang) yang memutuskan lalu lintas kendaraan antar kota di Kalimantan Barat.

Permasalahan genangan awal di tahun 2019 disebabkan oleh 2 faktor yakni tidak optimalnya drainase Parit Ketapang dan drainase Jalan Kelapa Dua. Drainase Parit Ketapang mengalami penyumbatan karena lebar semula 2 meter menjadi sekitar 80-100 cm untuk pelebaran Jalan Parit Ketapang. Kondisi ini diperburuk dengan ditutupnya muara drainase Kelapa Dua, yang beberapa waktu yang lalu sempat viral di Media Sosial.

Pembuangan air di wilayah Hermansyah ditutup oleh pengembang Kelapa Dua yang mengakibatkan pembuangan air tersumbat di kawasan Kuala. Bahkan ketika aliran dibelokan secara paksa menuju Sungai Singkawang, mengakibatkan jembatan penghubung ambruk dan saat ini masih dalam perbaikan , belum selesai permasalahan genangan Hermansyah , masyarakat dikejutkan kembali oleh titik banjir baru di kawasan lain.

Sakkok adalah pintu masuk Kota Singkawang sebelum bertemu Bundaran 1001 , kawasan yang selama ini aman dari banjir, harus menanggung genangan akut. Kawasan ini terkurung dalam 4 gunung , yakni Gunung Sari , Gunung Kopisan , Gunung Sijangkung dan Gunung Kaliasin , dengan 2 sungai (drainase) pembuangan.

Drainase tersebut adalah Sungai Kaliasin dan Sungai Sakkok. Saat ini , drainase Kaliasin yang awalnya memiliki 2 saluran , telah tertimbun menjadi 1 saluran saja , hal itu bisa dilihat dari kawasan sekitar Perumahan Hawaii Residence , dimana terdapat jembatan di atasnya, tapi tidak ada lagi sungai (drainase) di bawahnya. Hal yang sama terjadi pada Sungai Sakkok , ada oknum warga membangun rumah dan dapur sampai masuk ke dalam aliran sungai.

Selain ini, parit (drainase) di samping Jalan Sosial juga mengalami degradasi yang tidak berfungsi optimal.

Sedikit beranjak dari Sakkok , kita menemukan wilayah Lirang yang selama ini steril dari banjir , dengan pembangunan yang masiv di kawasan kaki Gunung Besi dan Gunung Besar telah menyebabkan banjir karena ketidaktersediaan drainase yang memadai.

Banjir paling parah dialami oleh warga di kawasan Bokmakong. Bokma dalam Bahasa Hakka berarti periuk, di mana merujuk letak kawasan ini secara geografis yang membentuk cekungan seperti periuk. Eksplorasi yang berlebihan di daerah tersebut serta diuruknya kawasan persawahan di seberangnya menjadi faktor utama terjadinya banjir.
Daerah baru yang menjadi titik genangan baru adalah Gunung Sari. Kawasan yang bersebelahan dengan Hotel dan Restoran Kampung Batu ini berubah landscape dari tetumbuhan hijau menjadi hutan gundul yang dieksplorasi manusia. Yang terjadi, ketika hujan deras, air turun secara bebas menggenangi kawasan di bawahnya.

Hampir sama, kawasan Jalan Tani dan Jalan Ali Anyang tiba-tiba menjadi langganan banjir. Kawasan yang awalnya merupakan persawahan kini telah berubah fungsi menjadi kawasan pemukiman dan pergudangan. Yang disesalkan, area yang dieksploitasi tersebut tidak menyediakan drainase dan langsung ditimbun di area persawahan.
Mantan Walikota Singkawang periode 2007-2012 Hasan Karman yang lebih akrab dipanggil Pak HK untuk memberikan tanggapan terkait banjir di Kota Singkawang saat6 ini “ Penyebab banjir bisa macam-macam. Untuk kota kecil seperti Singkawang sejak dahulu memang kerap terjadi banjir akibat curah hujan yang tinggi. Namun akhir-akhir ini frekuensi banjirnya seperti tidak masuk akal. Hujan hanya 2 jam sudah menyebabkan genangan dimana-mana, dan kawasan atau titik yang tidak pernah mengalami banjir pun kini kerapkali terjadi .

Penyebab banjir yang paling sering disebut selain curah hujan yang tinggi adalah penyumbatan drainase (saluran) air oleh sampah domestik, kerusakan lingkungan akibat penyanggah seperti hutan dengan pepohonan yang lebat digunduli, penambangan/Galian C yang tidak sesuai ketentuan, dan sebagainya. Lalu apa penyebab banjir yang kini semakin terjadi di Singkawang? Konon kabarnya kawasan mangrove (bakau) di Kelapa Dua, Kuala, Singkawang, ditebangi dan dicor semen, sehingga air dari beberapa kelurahan di Singkawang Barat tidak bisa mengalir ke muara. Akibatnya air berbalik mengenangi kawasan permukiman. Hal ini diperparah lagi oleh drainase-drainase yang sempit dan tersumbat oleh sampah. Ada juga drainase atau saluran air yang mestinya terbuka, namun ditutup oleh pemilik rumah yang dilewati oleh saluran tersebut. Jika benar informasi ini, mestinya aparat yang berwenang wajib menertibkannya, jangan dibiarkan.”ungkapnya.
Dari semua informasi tersebut di atas dan fakta lapangan yang mudah dilihat dengan kasat mata, masih ada lagi pelanggaran terhadap Peraturan Daerah mengenai RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) yang dengan sengaja mengubah peruntukan sebuah kawasan lahan basah menjadi kompleks perumahan komersil. Diduga beberapa developer telah melanggar Perda RTRW, namun belum ada tindakan dari Pemerintah Kota yang menindak mereka. Kita tidak tahu apakah prosedur pemberian izinnya yang salah, atau ada sesuatu yang tidak diketahui publik. Yang jelas menurut seorang anggota legislatif yang bertanggungjawab dalam bidang ini, katanya DPRD telah mengeluarkan rekomendasi agar pelanggaran Perda RTRW ini ditindak sesuai peraturan yang berlaku. Namun sampai saat ini sanksi hukum tersebut belum pernah terdengar.  

Masyarakat barangkali masih ingat peristiwa beberapa waktu yang lalu dimana anggota DPRD yang sedang mengadakan pertemuan dengan walikota dilempar kotak tisu dan barang lain yang ada di atas meja hanya karena perbedaan pendapat. Inti permasalahannya sang anggota DPRD tidak setuju revisi Raperda RTRW dipercepat karena memang belum siap. Sementara pihak eksekutifnya “memaksa agar segera disetujui” agar bisa mengakomodir perubahan peruntukan lahan yang semakin terbatas di Singkawang. Kasus ini sempat ramai, namun kemudian tiba-tiba senyap entah karena apa.

Jika ditarik benang merahnya, maka kejadian banjir yang makin sering terjadi, bahkan di kawasan yang sebelumnya belum pernah tergenang banjir adalah karena kerusakan lingkungan, baik karena ditutupnya muara tempat pembuangan air, tertutupnya saluran atau drainase air maupun karena perubahan peruntukan lahan yang tadinya lahan basah yang merupakan kawasan resapan air, kemudian diuruk untuk dijadikan sebagai perumahan komersil. Tindakan pengecoran kawasan mangrove/bakau bukan sekedar merusak lingkungan, namun juga melanggar hukum. Tindakan membuang sampah sembarangan dan membangun di atas saluran air dapat mengakibatkan saluran tersebut tertutup, sehingga dapat menyebabkan banjir ketika hujan. Semua Tindakan ini tidak bisa dibenarkan. Aparat yang berwewenang jika tidak menindak, maka dapat disebut melakukan pembiaran. Ayolah sadar. Jangan biarkan Kota Singkawang yang indah ini menjadi rusak hanya karena oknum-oknum yang mementingkan diri sendiri dan tidak peduli lingkungan. Mari bersatu dan jaga disiplin untuk tidak membuang sampah sembarangan, taat Perda RTRW dan jauhkan diri dari pelanggaran hukum “ . pungkasnya.     

Adapun kritikan yang ditujukan ke Pemerintah Kota Singkawang atas kejadian banjir ini semestinya sesuatu hal yang lumrah dalam tujuan untuk kritik membangunan. Namun perubahan fungsi lahan secara mencolok harusnya perlu disiasati dengan kebijakan yang tepat , semua itu dikembalikan pada kesadaran Pemerintah Kota serta masyarakatnya untuk menjaga dan merawat Kota Singkawang ini menjadi lebih baik kedepannya.

Penilis: Joko/Tim

Belum ada Komentar untuk "SINGKAWANG HEBAT DILANDA BANJIR."

Posting Komentar